Sabtu, 17 Juli 2010

PEBISNIS BESAR SELALU BERASAL DARI LAPANGAN


           Alangkah indah suasana rumah tatkala Johan, sebut saja namanya begitu, tiba di rumahnya dari belajar di Amerika Serikat, belasan tahun silam. Ayahnya menyelenggarakan pesta kecil menyambut dia, Ibunya memberika sekantung emas, pacarnya memberi seikat kembang, dua adiknya memberi lima kemeja kesukaannya.

          Johan tiba-tiba merasa menjadi putra mahkota dari sebuah korporat besar. Apalagi sang ayah, yang mengundang 30-an kerabat dekat mengumumkan bahwa Johan diproyeksikan menggantikan posisi ayahnya sekian tahun mendatang. Setelah pengumuman itu, perasaan Johan membucah. Ia mendapat ucapan selamat dari mana-mana, pelukan sayang dari pacarnya, seorang wanita karir yang amat rupawan. Wanita ini pun termasyur sebagai wanita hebat. Kuliah S3 wanita ini di sebuah universitas di Inggris, dan ia memperoleh yudisium summa cum laude.
          Kurang hebat apa? Keesokan harinya, Johan datang ke salah satu proyek ayahnya. Ia mengendarai mobil balap hadiah ayahnya. Ia pun tak lupa mengenakan jas dan dasi. Sedikit parfum agar lebih asik bertemu dengan mitra bisnis.
          Akan tetapi ayahnya tertawa ketika melihat penampilannya yang tentu ganjil di sebuah proyek yang bergelimpang debu. “Engkau pulang dulu ke rumah dech,” ujar ayahnya, kali ini dengan raut serius. “Copot itu jas. Lepas itu dasi dan kemeja mahal. Lalu datang lagi kesini dengan angkot. Engkau cukup pakai oblong, jins dan sepatu kets. Hehehhe, ini bukan Amerika, Ananda.”
          Johan lalu pulang dengan penuh rasa malu. Disepanjang perjalanan, Johan yang sangat terpukul oleh sikap Ayahnya, melarikan mobilnya dengan kecepatan 150 km per jam. Tiba di rumah ia membanting tubuhnya ke kasur. Ada dua butir air mata menggantung di pipinya. Ibunya, yang amat menyayangi anak muda ini datang menghampiri. Sang Ibu yang agaknya tahu duduk soal, membujuk Johan untuk memenuhi permintaan ayahnya. Kata Sang Ibu, “Tidak ada seorang pun usahawan besar yang menetas di tempat tidur, Mereka semua lahir dan besar di lapangan.” Ibu yang bijak ini, membakar spirit anaknya penuh kelembutan.
          Akhirnya Johan bangkit dan memenuhi permintaan ayahnya. Ia bertolak ke lokasi proyek sambil naik angkot, mengenakan sepatu kets dan oblong. Tanpa banyak cakap, ia berbaur dan bekerja dengan para karyawan lain. Ia bergelimang debu, dipanggang terik matahari, dan makan di barak bersama karyawan rendahan. Tiga tahun kemudian, ia mewujud menjadi anak muda dengan rambut kusut dan kulit gelap. “Kalau sedang terik, heheheh, saya seolah merasa matahari itu jumlahnya delapan, bukan satu.”
          Akan tetapi setelah masa tiga bulan itu, Johan mampu beradaptasi dengan amat baik. Ia bisa menerima kenyataan dan amat rajin bekerja. Usai proses lapangan ini, ayahnya membuat pesta kecil lagi di rumah. Kali ini terdapat 50 usahawan besar diundang datang. Pada saat itulah Johan diumumkan sebagai pengganti ayahnya. Si Ayah memilih menjadi komisaris utama dan kursi direktur utama diberikan kepada Johan.
          Kali ini suasanannya lain. Johan menerima tanggung jawab itu dengan penuh tanggungjawab, ia tidak larut dalam hingar bingar pesta. Dalam sabutan singkat, Johan menyampaikan rencana-rencananya yang besar. Hadirin bertepuk tangan dan memberinya selamat.
          Tujuh tahun setelah peralihan tampuk eksekutif ke tangan generasi kedua ini, korporat tersebut berkembang jauh lebih hebat. Pertumbuhan keuntungan tidak lagi rata-rata 20 persen, tetapi 38 persen. Ayah Ibunya bangga luar biasa, dan selalu memeluk anaknya dengan penuh syukur. Mereka senantiasa pula bersyukur kepada Yang Maha Pencipta.
          Dalam percakapan dengan penulis, si Ayah, menyatakan lapangan adalah areal penempaan yang amat berfaedah. “Saya sampaikan kepada Anda, manjakanlah anak dengan Cinta serta kejujuran. Jangan manjakan anak kita dengan harta dan fasilitas yang menyesatkan.”
          Pria 62 tahun ini menuturkan, beri anak-anak kita dengan bekal budi perkerti, sikap setia kawan, kepintaran menggunakan uang secara proposional, dan mengenal dunia bisnis secara nyata. Ini semua hanya bisa ditentukan dari transfer pengalaman dan makan asam garam pekerjaan lapangan. Didik anak dengan disiplin, dan bimbing mereka agar naluri bisnisnya terasah sangat baik.
          Johan sendiri sangat bersyukur ayah ibunya selalu memberi ia bekal cinta dan pengalaman lapangan. Ia bersyukur diajari ayahnya tentang bela rasa sehingga ia sensitif terhadap penderitaan sesama. Lebih dari itu, pengalaman di lapangan itu membuat ia matang dan dapat memimpin perusahaan besar secara baik dan benar. Anak buahnya tidak menipu dia karena ia lahir dan besar di lapangan.








(cerita ini diambil dari Kompas, Rabu, 14 Juli 2010)

Jumat, 16 Juli 2010

“Behind The Lens”


Hobi fotografi adalah hobi yang amat sangat menarik untuk kita pelajari dan tekuni, apalagi dengan membidik  kamera profesional atau pun poket,  kita dapat membuat objek tersebut menarik untuk dipandang atau malah sebaliknya. Hal ini membuat saya berminat mendaftar dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pekerja Muda Katolik St. Theresia Gereja Menteng . Dimana acara tersebut akan diselenggarakan pada hari Minggu, 10 Juli 2010 dengan kegiatan mengunjungi 3 (tiga)  Klenteng  yang ada di Tangerang-Propinsi Banten berikut komunitas Cina-Bentengnya. Tema yang kali ini mereka ambil adalah “Behind The Lens” , yang artinya dibelakang lensa kita dapat menentukan ojek mana yang menarik untuk kita bidik.   
Minggu  pagi  sesuai dengan jadwal yang telah saya janjikan bersama Dita dan Reni, kami bertolak dari St. Klender Baru jam 5.20 WIB, dengan menaiki Kereta Ekonomi AC menuju ke Stasiun Beos-Kota. Dimana Rencanannya kita semua akan berkumpul jam 7.00 WIB di St. Beos – Kota untuk nanti bersama-sama berangkat naik kereta api ke Tangerang-Banten.  Sudah satu jam kita   menunggu mereka, membuat perut ini terasa keroncongan dan keputusan jatuh pada  A&W depan St. Beos-Kota,  maklum tadi pagi kita semua belum sempet sarapan
Pukul 6.55 WIB lagi enak-enaknya kami menyantap makanan, satu persatu panitia dan peserta  berdatangan, dan langsung meregistrasikan peserta yang hadir.  Disana tidak sengaja saya bertemu dengan temen satu kantor saya Aris, Sari dan solmatenya, juga agus tri . Kenapa juga ya Sari dan Solmetnya dateng? Hut KKMK aza nggak mau dateng, acara orang dateng... kenapa juga ya saya sering sekali ketemu dengan agus tri?  Disetiap acara selalu bertemu  dengan dia.
Setelah mengisi daftar hadir kita semua dibagikan name tag, snack dan aqua serta langsung dibagi masing-masing kelompok. Saya bersama Dita, Reni, dan Kristin menjadi satu kelompok yaitu kelompok V dengan anggota lainnya yaitu Dendy, Kiki, Romanus dan Tian (sebagai ketua kemompok). Yang unik dari kelompok kami ini  adalah semua berkacamata dan berbaju hitam kecuali saya dan tia menggunakan baju warna kuning. Kelompok kami paling rame maklum cewek-ceweknya heboh-heboh atau kata si Dendy “tante-tante heboh.....” hehehhe.... dasar Brondong.
Pukul 7.30 WIB kereta api  Exspres bertolak dari Jakarta-Kota munuju ke Tanggerang-Banten, didalam kereta panitia memberikan info kepada peserta bahwa kita harus memoto arsitektur dari bagunan dan manusia yang ada didalamnya serta disana kami semua akan mengunjungi  3 (tiga) candi/klenteng dan perkampungan Cina-Benteng. Didalam kereta masing-masing peserta memperkenalkan diri, kemudian memoto dan memgungkapkan apa yang unik dari orang yang sudah memperkenalkan diri.
Sesampainya kami di stasiun tangerang, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil angkot yang sudah dicharter oleh panitia. Perjalanan pertama kami ke Klenteng Bun Tek Ion yang berdiri  tahun 1684 dan tergolong klenteng tertua, disana kita tidak sendirian karena ada kelompok II yang ikut bersama-sama dengan kita. Jalan menuju Klenteng Bun Tek Ion tidak terlalu jauh, di sepanjang perjalanan menuju klenteng tersebut kita melewati pasar tradisional. Disana banyak terdapat macam-macam makanan termasuk sate ular... iiiihhhhhh....
Setelah selesai sesi pemotretan di Klenteng Boen Tek Bion, kami semua berjalan menyusuri pasar menuju ke perkampungan Cina-Benteng. Disana banyak sekali bangunan-bangunan tua yang sudah berdiri ratusan tahun, dan terletak di sebelah timur sungai Cisadane yang merupakan perkampungan padat penghuninya.
 Perjalanan selanjutnya ke Klenteng Boen san Bio dan Klenteng Tjok Tek Bio, disana juga kita semua langsung turun dan hunting-hunting objek-objek yang menarik didalam klenteng tersebut. Tapi yang namanya tim Narzis tetep nggak ketinggalan selain memoto objek, kita memaksa orang-orang lain untuk memoto kita juga.. hehhehe... dasar nggak dimana-mana tetep bawaannya foto terus rek...
Tanpa terasa waktu menunjukan pukul 12.00 WIB saatnya perut ini minta diisi, jadi kita semua digiring panitia untuk makan dirumah makan sunda. Sesampainya disana kami tetep dikumpulkan berdasarkan masing-masing kelompok, dan panitia memberikan kami tugas untuk menyusun gambar-gambar yang sudah di potong-potong menjadi satu kesatuan yang utuh. Mereka juga mengatakan bahwa masing-masing kelompok diminta untuk mengumpulkan hasil foto terbaiknya  diantara yang paling baik... (udah kaya mau pilih suami za...).
Tapi amat sangat disayangkan disana menunya Ayam rek... tau sendiri saya khan anti makan ayam dalam bentuk apa za, so jadi hanya makan tahu dan tempe, itu yang membuat beberapa teman-teman merasa kasian dengan saya. “Habis mau bagaimana lagi kawan, saya tidak suka menu satu itu... hiks..hiks...” nasib rek...
Selesai makan ada satu orang pembicara yang sudah ditunjuk oleh panitia, beliau kuliah fotografi dari Trisakti. Dan katanya ada beberapa pandangan mengenai fotografi, ada yang mengatakan fotografi adalah bahasa gambar, hasil terakhir dari bentuk tertua komunikasi percetakan. Berbeda dengan kata-kata yang diungkapkan dan ditulis, ia adalah bentuk komunikasi yang dapat dipahami oleh kita. Dan untuk menentukan gambar itu baik apa tidak kita dapat menggunakan dengan cahaya.  Tapi yang perlu ditekankan bahwa indikator dalam memoto dengan baik adalah :
1.       Komunikasi Pesan
2.       Teknis
3.       Estetika dan Artistik
4.       Presentasi

Sedangkan hal yang utama dalam hal memoto adalah cahaya yang bisa diterima masuk kedalam gambar. (itu sekilas yang saya dengar dari pembicara...). sedangkan Tian (ketua Kelompok V) sekaligus pendamping fotograer profesional mengatakan “Objek yang diambil dalam memoto adalah objek yang menarik misalnya ada laut dan awan, jadi diambil mana yang lebih menirik dan mempunyai nilai seni yang bagus”. Dan Tian juga menambahkan “jangan pernah berhenti untuk memoto hal-hal yang menarik”.
Tapi amat sangat disayangkan ternyata kita nggak sampai habis, karena dita memaksa pulang katanya pulangnya bisa malam. Hugh... dia mah nggak bisa liat orang seneng barang sebentar za ya, atau nggak rugi apa udah keluarin Rp. 100.000,- hanya cuman hunting-hunting dan tidak mendengarkan apa yang diterangkan oleh pembicara itu.
Walau bagaimana pun ini adalah pengalaman yang tidak bisa saya lupakan di pertengahan Bulan Juli 2010, diamana ternyata saya mengisinya dengan bermacam-macam kegiatan. Walaupun hanya sebentar tapi ada sedikit pengalaman yang saya petik disana. Dan mudah-mudahan ini sangat bermanfaat bagi hobi saya selanjutnya yaitu fotografi. Amin




















Kamis, 17 Juni 2010




Bersatu Dalam Kreativitas
Minggu, 09 Mei – 13 Juni 2010


Pelepasan Balon oleh Rm. Victor Petrus Bani, SVD dan Bapak Yohanes Sasongko selaku Ketua Bidang Persekutuan, sebagai lambang telah dibukanya acara Lustrum III KKMK St. Arnoldus Janssen Bekasi yang merupakan peringatan 15 tahun KKMK itu sendiri, dilaksanakan di lapangan Olah raga SMP Marsudirini, pada hari Minggu 09 Mei 2010 pada pukul 09.00 WIB berlangsung meriah. Selama lima pekan, lapangan Sekolah Strada Budi Luhur dan Sekolah Marsudirini diramaikan dengan berbagai macam kegiatan Orseni (Olah Raga dan Seni). Kompetisi Olah Raga terdiri dari Bola Voli, Futsal, Tenis Meja, Bulu Tangkis dan Catur serta Adu Wawasan (Awas) diikuti oleh seluruh peserta dari OMK Wilayah dan Kelompok Kategorial yaitu : Wil. Bartolomeus, Yohanes Pembaptis, Benedictus, Ursula, Bintang Timur, Aloysius Gonzaga, Sang Timur, Maria Goretti dan Thomas rasul (SMART), St. Clara, Fransiskus Xaverius, Theresia, Maria Bunda Allah, Catharina, Brigitta, Maria Fatimah dan 2 (dua) kelompok kategorial yaitu : PNKB dan PA/PS.

Romo Moderator KKMK Rm. Victor Petrus Bani, SVD mengatakan “Acara Orseni (Olahraga dan Seni) ini menarik dan sangat bermanfaat untuk diikuti oleh semua kelompok kategorial guna menjalin tali persaudaraan di antara sesama Orang Muda Katolik Paroki St. Arnoldus Janssen Bekasi. Dan juga dapat menumbuhkan semangat kebersamaan, kreativitas dan sportivitas”. Begitu pula dengan Ketua Bidang Persekutuan Bpk. Yohanes Sasongko mengatakan “KKMK adalah pokok anggurnya maka KKMK harus mencari dan menemukan ranting-rantingnya di wilayah-wilayah yang tersebar dalam setiap kegiatan KKMK guna menghindari berbagai bentuk pertikaian dan perpecahan”.

Tidak hanya kalangan muda saja yang turut antusias dan bersemangat menjadi supporter, orang tua dari peserta juga tidak mau kalah, ikut mendampingi anak-anak mereka dalam perlombaan yang diselenggarakan KKMK. Ibu Hendrikus dari Wilayah Thomas Rasul mengatakan bahwa kegiatan ini positif. Dan Bapak Wipur mengharapkan kegiatan ini semakin sering di lakukan.

“Bersatu Dalam Kreativitas” adalah tema yang diangkat oleh KKMK pada Lustrum III ini. Adrianus Widi Hermanto, selaku Ketua Panitia Lustrum III mengatakan, “Melalui kegiatan KKMK ini diharapkan kelompok kategorial dan OMK Paroki St. Arnoldus Janssen dapat menciptakan jaringan yang luas dalam kehidupan menggereja serta bisa lebih menjaga kesatuan dan persaudaraan di antara kaum muda agar dapat memacu dan memancing untuk lebih berkreasi”.

Pertandingan demi pertandingan terus bergulir hingga sampai pada acara puncak yaitu 13 Juni 2010 pada pukul 08.00 s.d 16.00 WIB, di mana seluruh rangkaian acara pertandingan ditutup dengan Pentas Seni dan Bazar. Acara puncak diadakan di Lapangan SD Strada Budi Luhur dengan dihadiri oleh sekitar 250 orang, selain Pengurus dan anggota KKMK dari Tahun 1995-2010, juga hadir Ketua Wilayah, Perwakilan dari OMK Wilayah dan Kategorial, Para Donatur, Sahabat-Sahabat KKMK se-KAJ, serta seluruh umat dan simpatisan yang ikut memeriahkan acara penutupan Orseni (Olah Raga dan Seni) Lustrum III KKMK.

Pentas seni dimeriahkan dengan pertunjukan Band dan Tari Dancer dari OMK dan Band KKMK Lawas, Perkusi dari PA/PS serta Kilas Balik KKMK selama 15 tahun berkiprah dan pembagian piala bagi pemenang-pemenang perlombaan cabang olah raga yang telah diselenggarakan. Selain pentas seni dan bazar, juga dihadirkan seorang pembicara yang memberikan motivasi dan kesegaran kepada KKMK khususnya dan juga semua yang hadir di tempat itu. Yohanes Jayadi sebagai pembicara saat itu menyampaikan beberapa hal bahwa KKMK adalah organisasi yang terbuka untuk siapa saja, dan harus bisa menjadi organisasi yang terbaik bagi kaum muda. Yang membedakannya adalah semangat ke-Katolik-an dan jangan malu menunjukan ke-Katolik-an serta selalu jujur dalam setiap langkah kehidupan.

Tidak ketinggalan Mas Sugi sebagai mantan ketua KKMK periode (2003-2004) mengatakan salut dengan KKMK sekarang karena bisa merangkul orang muda walaupun masih kurang maksimal. Tapi apapun hasil yang sudah terlaksana, kita patut bangga karena KKMK mampu mengukir prestasi sebagai kategorial yang masih eksis dan patut diperhitungkan kedepannya... Bravo KKMK maju terus tetaplah bekerja di ladang Tuhan.

Dan tidak lupa panitia mengucapkan limpahan terimakasih kepada Romo, Dewan Paroki, Donatur, partisipan, Yayasan Marsudirini, Yayasan Strada Budi Luhur, seluruh umat dan OMK paroki St. Arnoldus yang telah ikut serta berpatisipasi sehingga kegiatan Lustrum III KKMK dapat terlaksana dengan baik. Tuhan memberkati kita semua.

SELAMAT ULANG TAHUN KE 15 KKMK ST.ARNOLDUS BEKASI, Semoga selalu Berjaya dalam karya dan pelayanan.


Minggu, 06 Juni 2010


Growing To Gether With Love
Cibodas, 27 – 29 Mei 2010

Lebih dari 160 orang berkumpul di Katedral Jakarta, untuk mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Kelompok Jomblo Katolik (KJK). Rencananya kami akan berangkat dari Gereja Katedral ke Cibodas Puncak jam 19.00 WIB, tapi ternyata molor sampai dengan Pukul 20.30 WIB dikarenakan banyak peserta yang belum datang.

Sesampainya rombongan di Cibodas Puncak peserta memasuki kamar-kamar yang telah disediakan oleh panitia, saya ternyata tidak sekamar dengan Dita. Kami berdua dipisahkan, dita mendapat kamar nomor 12 sedangkan saya mendapat kamar nomor 8, dengan 8 orang penghuni termasuk saya. Setelah kami mendapatkan kamar, panitia mengumpulkan kami semua ke aula untuk doa malam sekaligus memberikan informasi apa-apa saja yang akan dilakukan keesokan harinya.

Pagi harinya tanggal 28 Mei 2010, kami semua dibangunkan oleh sirine dari panitia (jadi inget waktu Prajabatan aja....hehe..). semua peserta dikumpulkan di lapangan untuk serching dan mengikuti beberapa permainan dari panitia walaupun kurang seru, tapi bisa membuat badan seger dan tidak kedinginan. Selesai kita semua serching, peserta langsung diarahkan ke aula untuk pembagian kelompok untuk diskusi saya mendapatkan kelompok yang lumayan asik tapi garing, masing-masing kelompok untuk mendiskusikan apa yang mau kita lakukan pada malam api unggul (malam inagurasi) kami memutuskan untuk menyanyi dengan lagu yang dipotong-potong separoh kami ambil dari lagunya Titi Kamal, Anang&Syahrini serta terakhir lagunya penyanyi muda yang tampan(heheh.. saya lupa tuch namanya) tidak ketinggalan pula yel-yelnya.

Selain itu juga masing-masing kelompok menunjukan kebolehan mendisain beberapa buah baju berikut dengan disainernya sama pembawa acaranya... lumayan menarik sich, disitu kita semua mendapatkan hiburan yang lumayan lucu karena tingkah-tingkah aneh memperagakan dari masing-masing kelompok. Setelah Disko (diskusi kelompok) dan peragaan busana, peserta berkumpul kembali untuk perkenalan dari mulai nama, usia (bisa disebut bisa tidak), paroki, pekejaan dan alamat pekerjaan. Tujuan dari perkenalan itu kita jadi bisa mengetahui nama-nama masing-masing peserta walaupun kurang lengkap setidaknya jadi bisa mempunyai gambaran dari orang-orang yang mengikuti acara ini. Dan perlu diketahui sebelum memulai serangkai acara ini kami semua mendapatkan kertas yang bertuliskan nama-nama dari peserta yang mana nama tersebut adalah guardian angel kita dan saya dapat nama koyek, cuman sempet bingung sich koq koyek ya?, dan pas perkenalan ternyata saya sudah menemukannya orang tersebut tak titenin untuk tak kasih hadiah pada saat akhir acara.

Sore harinya setelah peserta mandi dan berdandan cantik, seperti biasa kami khususnya semua wanita dikumpulkan ke aula untuk mengikuti acara take me out versi KJK. Pada acara take me out ini tidak disangka-sangka ternyata teman saya Dita mendapatkan seseorang yang bernama Satrio. Sungguh tangkapan yang lumayan juga akhirnya dia, mana ada cewek yang tidak menolak melihat begitu cemerlangnya karir serta pendidikan yang cowok tersebut dapatkan. Malam harinya teman-teman yang sudah mendapatkan cowok diminta mereka dinner ditempat yang sudah disediakan oleh panitia, tempatnya sungguh romantis jika kita telah menemukan tulang rusuk yang dicari-cari maka tempat tersebut terasa sangat menyenangkan. Tetapi yang terjadi dengan saya malah kebalikannya, saya hanya makan berdua dengan teman saya bernama kristin karena memang saat take me out saya belum menemukan camysteri dari cowok-cowok yang memperkenalkan diri kedepan. Heehhe... mudah-mudahan saya tidak firgit ya....

Selesai mengikuti acara tersebut, saya masuk kamar. Cuman tidak lama kamar diketuk oleh salah satu teman kelompok saya, dia bilang kita diminta kumpul untuk mempersiapkan acara yang mau kita lakukan dimalam inagurasi (alias malam api unggun). Singkat cerita kami semua dikumpulkan ke lapangan yang ada api unggunnya, kelompok kami mendapat giliran nomor 9 untuk mempertunjukan kebolehan kami. Sayang sekali ternyata apa yang kami lakukan dengan latihan kilat tidak membuat peserta bergeming... hehehhe... nasib sungguh.. Setelah masing-masing mempertontonkan pertunjukan yang menghebohkan, kita semua bergandengan tangan. Disisi kiri saya ada mas unggul, dia lumayan, pintar, baik, orang jawa dan pengusaha sukses. hanya kelemahan dia adalah usia mas unggul relatif tua untuk golongan teman-teman yang hadir disini,

Acara demi acara kami ikuti dengan baik, dan pada pagi harinya tanggal 29 Mei 2010 pada pukul 08.00–10.00 WIB. Kami semua berkumpul kembali ke aula untuk mendengarkan beberapa pencerahan mengenai Tema yang diangkat oleh Komunitas Jomblo Katolik (KJK) yang dibawakan dengan sangat sempurna oleh Rm. Christo, OFM. Beliau mengatakan bagaimana kita bisa bertumbuh dan berkembang? Kalau kita tidak mencintai diri kita sendiri dan menerima segala kelemahan yang ada didalam diri kita sebagai sebuah potensi yang seharusnya jangan di sia-siakan tetapi kelemahan ini bisa menjadi warna bagi hidup kita untuk memberi penghargaan terbaik bagi diri kita. Maka untuk mencintai seseorang kita harus bisa mencintai segala kelemahan dan kekurangan kita tanpa syarat apapun, dan kita juga harus yakin dengan kebenaran dari Tuhan bahwa suatu saat akan indah pada waktuNya... Amin.

Selesai mendapatkan pencerahan, kita semua berkumpul dihadapan Tuhan untuk mengikuti misa. Setelah semua rangkaian acara bergulir dengan baik, tiba saatnya kita semua berkemas-kemas untuk pulang kerumah masing-masing dengan membawa sedikit harapan dan pencerahan yang sudah diberikan oleh Romo Christo, OFM. Tapi sebelum meninggalkan tempat, kado yang sudah kita bawa dari rumah harus diberikan kepada guardian angel. Dan saya memberikan kado itu untuk Koyek, tapi saya mendapatkan kado boneka... cuman amat sangat disayangkan saya lupa nama orang yang memberikannya, kalo tidak salah sich namanya novel or apa gitu... tapi koq saya cari-cari nama tersebut didaftar nama yang berikan panitia tidak menemukannya ya... aduh sungguh teledor saya koq nggak menanyakan nomor berapa dia? hiks..hiks... lewat sudah orang yang baik dengan saya... mudah-mudahan dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Amin

Menunggu adalah hal yang menyebalkan, begitu pula hari ini seharusnya kami semua sudah bertolak dari cobodas menuju jakarta. Tapi hingga waktu menunjukan pukul 16.00 WIB bus yang akan membawa kami bertolak dari penginapan ini tidak kunjung datang juga. Bosan menunggu terus akhirnya saya bersama teman-teman berjalan-jalan mengelilingi wisata cibodas sekalian berfoto-foto ria... hehhe (narzis ... tetep)... pukul 17.00 WIB akhirnya bisa datang juga, sepertinya sich itu bus yang sejak pagi nongkrong di penginapan ya, cuman biar saja dech.. yang penting kami semua bisa kembali ke Jakarta dengan selamat...

“Bila cinta itu belum berkembang biarlah dia berkembang, tapi bila cinta itu mati biarlah menjadi pupuk supaya dapat bertumbuh kembali” itu kata-kata terakhir yang diberikan oleh perwakilan KJK Pusat (Semarang rek...) indah memang, berarti biarlah cinta itu mengalir dengan sendirinya didalam diri kita walaupun terasa sangat sulit menemukan cinta alias menemukan pasangan hidup itu sendiri tetapi kita jangan pernah lelah menemukan cinta itu sendiri melalui Komunitas yang mempunyai tujuan yang sama dengan Kita. Itulah Tujuannya kenapa ada Komunitas Jomblo Katolik (KJK). Selamat Buat Komunitas Jomblo (KJK) karena Komunitas ini saya mempunyai pengalaman yang baru, teman baru dan mudah-mudahan juga saya dapat menemukan apa yang selama ini saya cari-cari dan idamkan. “Mudah-mudahan Semua Indah Pada Waktunya” Amin


Minggu, 30 Mei 2010

3 (tiga) Hari di Sumbawa-Lombok

Perjalanan ini dilakukan dari tanggal 19 Mei s.d 21 Mei 2010 dengan waktu yang singkat tiga hari dua malam, waktu yang sangat singkat kami tempuh dari mulai berangkat dari Bandara Soekarno Hatta jam 19.00 WIB sampai ke Bandara Selaparang Lombok jam 21.00 WITA karena perbedaan waktu sekitar satu jam antara Jakarta dengan Lombok.
Disana kami rombongan yaitu Ibu Erlin (atasan saya), Pak Pur dan saya sendiri dijemput oleh Pak Quadru (Dulu pernah kerja di PDT) bersama dengan supir sewaan dari Bapak Quadru. Dari bandara kami menuju ke Pelabuhan Kayangan yang letaknya cukup jauh dari Kotanya, tapi sebelum kami ke Pelabuhan penyebrangan kami makan malam dulu di kota lombok alias amigosnya kota lombok. Setelai dari situ kami melanjutkan perjalanan ke Lombok Tengah. Dalam perjalanan ke pelabuhan tidak ada yang dilihat karena memang malam hari kami berjalannya jadi tidak ada pemandangan yang menarik untuk dilihat pada malam hari. Sesampainya di Pelabuhan ternyata antrian tidak begitu panjang mengingat hari sudah lumayan malam.
Setelah beberapa menit kami menunggu kapal ferry yang akan mengantar kami menyebrang dari lombok ke sumbawa, akhirnya mobil dapat juga berangkat dari Pelabuhan Kayangan ke Sumbawa. Dan setelah itu kami menginap dihotel Tambora yang letaknya tidak terlalu jauh dengan Bappeda.
Pagi harinya kami bertiga menuju ke Bappeda guna menyelesaikan misi kami yaitu mengisi kuisioner tentang Potensi Energi Yang Ada Di daerah Tersebut dan rencana kami ingin meminta bantuan dari Bappeda buat mengisinya. Setelah selesai mengisi kira-kira jam 12.00 WITA, romongan berpamitan kembali ke Lombok.
Selesai berkemas-kemas kami langsung menuju ke pelabuhan Pototano di Sumbawa, dalam perjalanan menuju kesana romobongan mampir ke Pantai Goa untuk makan ikan bakar makanan sea food (kegemaran akika rek). Selesai dari makan siang kami langsung menuju ke Pelabuhan, dalam perjalanan disiang hari disana saya banyak sekali melihat keindahan alam dari Sumabawa yang benar-benar menakjubkan dari pinggiran pantai yang indah nan elok sampai dengan keramahan masyarakatnya.
Perjalanan dari Sumbawa ke pelabuhan Pototano memakan waktu 2 (dua) jam, sedang untuk menyebrang ke lombok juga memakan waktu 2 (dua) jam dan dari Pelabuhan Kayangan ke pusat kotanya memakan waktu 2 (dua) jam juga. Jadi jarak waktu yang ditempuh dari Lombok ke Sumbawa sekitar 6 (enam) jam... sungguh lumayan ya, tapi ini masih mending dibandingkan dari Manado ke Talaud... hhehhe
Setelah rombongan sampai ke Lombok kembali sambil makan di rumah makan Dua Em kami menyusun strategi apa yang mau dilakukan besok pagi, yaitu dari mulai beli oleh-oleh sampai dengan jalan-jalan dan foto-foto ke pulau Senggigi.
Pagi harinya setelah selesai berdandan serta sarapan pagi, kami siap-siap berangkat ketempat tujuan pertama-tama membeli kaos titipan dari teman-teman, saudara, kerabat sampai dengan rekan kerja. Rombongan berangkat dari Hotel menuju ke pasar tradisional di Lombok dan setelah itu kami diantar ke pantai Senggigi guna melakukan pemotretan untuk koleksi pribadi rombongan... hehehe.............
Sebelum perjalanan menuju ke Pantai Senggigi kami mampir dulu untuk memesan Ayam Taliwang buat dibawa pulang... nyami...nyami.... dan dilanjutkan perjalanan ke Pantai Senggigi.... iqiqiqi (Tim Narsis siap2 melakukan pemotoan)
Tidak terasa ternyata waktu menunjukan pukul 15.00 WITA, kami diminta untuk paking-paking kembali dan perjalanan serta kesenangan ini harus diakhiri sungguh amat sangat disayangkan karena pantai senggigi dan lombok serta sekitarnya belum sempet kami jajahi lebih dalam lagi. Sedih rasanya kami harus meninggalkan Lombok dan kembali ke Jakarta yang penuh dengan kesesakan baik manusianya dan lingkungannya.
















Jakarta, 30 Mei 2010
RED

Jumat, 01 Januari 2010

DIA PERGI DAN TAK KEMBALI

Waktu itu dipenghujung tahun 1995, seperti sudah tradisi yang sering saya lakukan bersama teman-teman. Saya selalu merayakannya diluar rumah alias digereja or ditempat hiburan. Dan akhir tahun 1995 ini saya berencana akan pergi ke Semarang karena tawaran dari seorang teman. Begitu juga dengan adik saya Wawan (F.X. Hendra Kurniawan), dia pun akan pergi ke Ancol barsama teman-temannya.

Di hari terakhir sebelum saya berangkat keSemarang, saya sempat bertengkar dulu dengan adik saya mengenai pembagian tugas mengepel lantai. Seharusnya memang saya yang bagian mengepel lantai hari itu, cuman karena saya sudah terburu-buru dan hari hampir sore. Akhirnya saya paksa adik saya untuk mengepel lantai, dengan bersungut-sungut dia mengerjakan apa yang saya perintahkan itu sambil berkata “pokoke nanti tiap hari lo bakal ngepel lantai, liat aja” begitu katanya sedikit mengancam. Trus saya balik menjawab “emangnya kamu mau kemana? Mo kost di Bandung? Nggak bisa pokoke akhir minggu harus pulang buat ngepel, enak aja!” hardik saya tidak mau kalah. walhasil dia bukannya takut dengan ucapan saya malah tertawa dan berlalu meninggalkan saya begitu saja di meja setrikaan.

Setelah semua persiapan selesai, saya pamitan dengan mama dan papa untuk pergi ke Semarang. Dan mereka hanya mengiyakan tanpa berbicara banyak, karena jika dilarang pun percuma saya pasti akan pergi juga.

Akhirnya kami berempat pergi ke Semarang untuk merayakan pergantian tahun dengan mobil Taft warna putih milik Gregorius, karena memang kita akan pergi ke rumahnya Mas Greg (begitu saya biasa panggil dia. Di sepanjang jalan saya merasa sangat bahagia sekali karena bisa pergi bersama-sama dengan orang yang selama ini saya sukai, walaupun dalam hati (cinta terpendam rek….).

Pagi hari kami semua telah sampai di Semarang, dan langsung menuju rumahnya Mas Greg di Gombel. Disana kita semua disambut oleh maminya dan langsung disuruh untuk istirahat serta membasuh diri di kamar yang telah disediakan ibunya mas greg untuk kita bertiga.

Setelah selesai membasuh diri kita semua disuruh untuk makan pagi dan beristirahat kembali. Malamnya kami berempat pergi berkeliling-keliling Semarang, mas greg memperkenalkan kita pada kegiatan yang sering dia lakukan sewaktu masih tinggal di semarang yaitu PMR… dan dia juga bilang malam pergantian tahun nanti lebih baik kita naik mobil Ambulance aja biar cepet sampai ke simpang lima, masalahnya macet dan pasti kalo bawa kendaraan tidak bisa begerak. Kita bertiga sich setuju-setuju aja lah wong kita tidak tahu apa-apa mengenai Semarang.

Pagi harinya kita semua tidak ada kegiatan kemana-mana paling – paling cuman diajakin makan ketempat keluarga itu biasa lakukan, dan kembali lagi kerumah untuk istirahat karena mengingat malamnya pasti kita begadang dech. Malam dipenghujung tahun kami berempat akhirnya pergi juga ke simpang lima, ternyata memang benar. Daerah tersebut benar-benar macet dan mobil susah begerak, akhirnya kita berempat pergi naik mobil Ambulance juga. Sungguh benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan … ehhehe…

10 .. 9..8..7..6..5..4..3..2..1 … tututuutututuutuuu itulah bunyi terompet tanda jam sudah menunjukan angka 12 dan awal tahun 1996 dimana babakan baru akan segera dimulai. Setelah mengucapkan Selamat Tahun Baru satu sama lain, Saya akhirnya menawarkan kepada Mas Greg dan teman-teman yang laennya “bagaimana kalo besok kita ke Yogyakarta ketempat simbah saya?” tanpa pikir-pikir panjang mereka akhirnya menyetujui saran dari saya.

Setelah pamitan dengan Ibunya Mas Greg kita semua pergi ke Yogyakarta tapi sebelum sampai ketempat simbah saya, kami makan dulu di Malioboro. Selesai makan saya minta diantarkan ketempat Simbah Saya di Kaliurang-Pakem, sampai disana Simbah bingung “koq saya masih disini? dan bukannya dirumah saja? “ Saya jadi tambah bingung sambil berkata begini “ Mbah emangnya di Bekasi ada apa? Lah wong semua orang pergi koq terutama Wawan, gimana sich Simbah?” Simbah makin tambah bingung katanya “Kamu bener-benar tidak tahu?” “iya” jawab Saya tambah bingung juga langsung Bulek Saya mengatakan “Sejak kapan Kamu meninggalkan Bekasi?” Saya langsung menjawab sambil bingung juga dengan segala ucapan mereka “sejak sebelum tahun baru Bulek?, dan memangnya ada apa ya?” akhirnya Bulek saya menjelaskan bahwa adik saya telah meninggal. Mendengar itu seperti sekujur tubuh saya serasa lemes mo jatuh dan tidak percaya dengan pembicaraan tadi. Saya masih ragu langsung saya bilang “lah wong Wawan tuch kemaren terakhir saya ketemu dia bilang mo pergi ke Ancol mo tahun baruan, koq bisa?”. “tolong jelaskan duduk permasalahannya?” begitu kata saya lagi, akhirnya bulek saya menjelaskan secara terperinci saya tidak bisa berbicara apa-apa dipikiran saya blank bingung mo melakukan apa? Akhirnya malam itu saya pergi cari tiket kereta api ternyata tidak mendapatkannya karena penuh sudah full …. Hugh…

Di sela-sela kekecewaan dan rasa frustasi akhirnya Om Bowo bilang “sudah nanti bareng Om saja tak anter kamu ke Jakarta tapi mampir dulu ya ke Tegal buat pamitan”. Perlu diketahui om saya yang satu ini bernama Prabowo dia bekerja di Tegal jadi bolak balik Tegal – Yogyakarta. Dan setelah Om berbicara itu dia langsung bilang “sudah sekarang kamu istirahat dulu di rumah Simbah saya di brangetan dekat dengan kampus UGM trus besok pagi kita langsung siap-siap jalan, sekalian menunggu bulek inuk dan suaminya ke Yogyakarta karena katanya dia mo ikut sekalian ke Bekasi”. Malam makin larut pikiran saya menerawang jauh ke adik saya, memikirkan lelucon dia yang kadang-kadang bikin saya naik pitam yang akhirnya berbuntut kita berdua ribut besar, setelah lelah memikirkan akhirnya saya tertidur lelap.

Pagi harinya sayup-sayup terdengar ada seseorang membangunkan dan memanggil- manggil nama saya “Lin…. Lin… bangun… lin…” pelan-pelan saya membuka mata antara sadar dan tidak sadar, dengan sorotan matahari yang menyilau mata saya melihat Wawan datang menggunakan jas warna abu-abu. Dia hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatakata pun …. Kemudian “hey… bangun….. koq malah bengong … bangun… sudah pagi….” Kata Om Bowo terhadap saya. Dan pelan-pelan saya sadar serta tak percaya sambil mengucek mata saya berulang-ulang untuk meyakinkan lagi siapa sebenarnya yang berada dikamar itu tapi setelah kesadaran yang penuh saya melihat wajah Om Bowo. Dia menggunakan jas warnanya hitam yang katanya “hari ini Om mau rapat dulu dengan Big Bosnya, jadi kita tunda dulu perginya setelah Om selesai rapat ya…?”. Ya sudah dech mo bagaimana lagi, saya cuman bisa menunggu tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Sore harinya Bulek Minuk datang bersama suaminya Om Tono dia bawa-bawa pakaian dan siap pergi mengantar saya buat balik ke Bekasi.

Sore menjelang malam akhirnya saya, Bulek, Om Bowo dan om Tono berangkat dengan menggunakan mobil carry milik Om Bowo cuman kita semua tidak langsung ke Bekasi jadi harus mampir dulu ke Tegal tempat dimana Om Bowo bekerja. Disana tidak lama-lama hanya pamitan dengan atasannya om bowo, dan setelah itu kita semua langsung ke Bekasi.

Pagi harinya pas bertepatan dengan tujuh harinya Wawan meninggal, saya baru sampai dirumah dan saya disambut oleh Kedua Orangtua, Sepupu-Sepupu, Pakde, Bude, dan Bulek Win serta Om Edi sambil terisak-isak menangis serta menyesali kenapa baru hari ke 7 sampai di rumah. Dan saya langsung masuk kedalam tidak bisa bicara apa-apa sambil melihat-lihat foto-foto adik saya untuk yang terakhir kalinya kalinya………… pas saya buka halaman pertama foto itu saya langsung diam dan mengingat kembali waktu kejadian dikamar tersebut, pakaian yang digunakan adik saya dalam peti yaitu jas warna abu-abu…. Ternyata saya pagi itu tidak bermimpi, Wawan benar-benar datang untuk berpamitan dengan saya……. Huhuuhhuuuuuuhhuuu……………

Setelah melihat-lihat foto-foto saya langsung mandi, dan sarapan. Hari itu Papa-Mama mengantarkan saya, Bulek Inuk, Om Bowo dan Om Tono ke tempat peristirahatan adik saya yang terakhir yaitu di Pondok Bambu. Tempatnya tidak menyeramkan konsep dari Pemakaman Pondok Bambu dibuat agar penziarah nyaman berada didalamnya, disana saya langsung berdoa dan meminta maaf karena tidak sempet datang pada saat dia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Selesai dari sana orang tua saya menjelaskan kronologis bagaimana adik saya satu-satunya itu meninggal, waktu sebelum tahun baru pagi-pagi Wawan pamitan dengan Papa-Mama “mo pergi kerumah temennya dan katanya nanti malam mo ke Ancol untuk merayakan tahun baru”. Akhirnya papa saya mengijinkan dan membiarkan dia pergi, tapi ternyata malam tahun baru 1995 adalah malam dimana adik saya terakhir kalinya merayakan dengan teman-temannya. Mereka pergi ke Palabuhan Ratu merayakan malam tahun baru disana, sepulang dari merayakan tahun baru dengan kondisi tidak tidur sama sekali adik saya pulang kembali ke Jakarta dengan melalui Jalan Jagorawi. Ditengah jalan subuh-subuh ban mobil pecah, karena kelebihan muatan dan terus menerus berjalan tidak pernah henti. Padahal setahu saya ke 4 ban tersebut baru diganti sekitar dua minggu yang lalu berarti khan seharusnya masih bisa bertahan lama. Tapi karena muatan yang over itu lah penyebab ban pecah. Mobil Panther warna merah adalah mobil yang disetir adik saya terakhir kalinya dengan muatan 13 orang yang berada didalam sana. Sungguh angka yang tidak terduga begitu banyak orang yang ada dimobil tersebut, saya benar-benar kecewa dengan teman-temannya. Yang hanya mementingkan ke egoisannya atau kesetiakawanannya sampai-sampai mereka tidak memikirkan betapa bahayanya jika kelebihan muatan. Karena terlalu muda dan belum tahu bagaimana bisa mengendalikan ban pecah dalam kondisi di jalan bebas hambatan, terlalu lelah dari pagi belum beristirahat, dan kelebihan muatan sehingga menyebabkan semuanya itu terjadi. Pas pagi naas itu mereka terguling-guling didalam mobil, setelah mobil kembali keposisi mereka semua berhamburan keluar. Adik saya keluar dengan memegang kepalanya sambil minta pertolongan pengendara yang lewat. Lama sekali bantuan tidak kunjung datang akhirnya ada seorang Bapak berhenti dan menolong mereka serta memanggilkan Ambulance. Disana Adik Saya terus memegang kepalanya yang katanya “koq pusing banget ya…” setelah mengatakan itu akhirnya dia terjatuh pingsan. Sesampainya dirumah sakit adik saya tersadar dan sempat memberikan nomor telepon rumah kepada Pak Polisi. Akhirnya karena pelayanan yang lama dan pusing yang tidak tertahankan adik saya mengatakan kepada temannya begini “saya benar-benar sudah tidak kuat, kepala saya pusing dan berat sekali” setelah mengatakan itu dia tidur… tidur untuk selamanya….

Tidak beberapa lama setelah itu Mama-Papa saya datang dan mendapati adik saya sudah tidak bernyawa lagi…. Tangisan keduannya sudah tidak terbendung lagi… mereka meraung-raung sejadi-jadinya…. Dan Itulah kronologis dari kejadian tersebut, Sayang dan teramat disayangkan memang Adik Saya yang waktu itu berusia 17 tahun harus berakhir dan meninggalkan Kami orang-orang yang mencintainya pergi untuk selama-lamanya. Belum sempet dia merasakan kuliah, kerja dan membaktikan dirinya kepada Tuhan, Orang Tua, Bangsa dan Negara sudah pergi lebih dulu…..

F.X Hendra Kurniawan, ternyata kamu meninggalkan kami dengan cara seperti itu……. Dimana awal tahun 1996 yang seharusnya akan berkuliah di Bandung ternyata harus putus ditengah jalan untuk selama-lamanya, benar-benar Awal Tahun yang penuh cobaan bagi kami sekeluarga. Awal dimana saya sudah tidak bersama lagi dengan adik saya, awal dimana saya sudah tidak mendengar lagi canda-tawa, lelucon serta ejekan-ejekan yang bisa mengusik ubun-ubun kepala saya sehingga akhirnya kita harus beratem dan berantem. Wawan maafkan saya kakak kamu yang tidak pernah memberikan apa-apa selama kamu hidup di dunia ini. Sampai pergi pun saya tidak melihat untuk yang terakhir kalinya, adik saya tercinta pergi untuk selama-lamanya meninggalkan suka dan duka yang mendalam dalam diri kami yang ditinggalkannya. Tidak ada lagi orang yang melindungi Saya, Papa, dan Mama. Tidak ada lagi ucapan-ucapan yang mengatakan “Wawan mau menjadi Insinyur”, Semua telah sirnah ditelan bumi. Selamat jalan Adikku tercinta semoga Kamu dapat beristirahat dengan damai di rumah Bapa. Amin






(Cerita ini dibuat untuk mengenang 13 Tahun F.X. Hendra Kurniawan pergi, “Kami semua mencintaimu Wawan, dan walaupun kepergianmu begitu mendadak tapi kami tetap mengingat dan menyimpannya di dalam hati kami”)